Translate

Cerpen Karya Dwi Suci Lestari

Pagi masih menyisakan tetesan gerimis semalam. Embun-embun dijendela kaca masih setia saling beradu. Dingin masih terasa hingga ke ulu hati. Ah, malas sekali rasanya beranjak dan menyibak selimutku. Kulihat jam weker disamping meja tempat tidurku. Mati. Tidak ada angka yang menunjukkan waktu. Baterainya habis. Itu adalah alasan yang paling masuk akal. Tapi aku punya alasan sendiri kenapa jam weker itu mati.
Aku buka kotak kecil pemberian dia. Aku terkejut melihat isi dibalik kotak itu. Sebuah jam weker berbentuk kotak berwarna putih dengan motif hello kitty yang cantik. Animasi kesukaanku.

"Kamu suka?"
"Sangat suka, terimakasih" aku tersenyum manja dan memelukmu.
"Aku ingin setiap saat kamu bisa mengingatku. Lihat, lampunya warna warni kan. Dia bisa menemanimu saat tidur" kau tersenyum, menggemaskan.
Aku memperhatikanmu menjelaskan tentang hadiahmu itu. Tentang nyala lampunya yang unik, tentang motifnya yang lucu, dan tentang alasanmu memberiku hadiah itu. Malam itu adalah malam terindah semenjak kau ungkapkan kata cinta dan kita resmi menjadi sepasang kekasih.  

"Ya, aku mengerti." Kumatikan handphoneku dan menutup pembicaraan kita. Aku tertegun. Entah apa yang saat itu aku rasakan. Ingin sekali rasanya aku menangis dan berteriak. Tapi tenggorokanku kelu. Mataku kering. Aku tak percaya dengan apa yang baru saja kita bicarakan. Mudah sekali mengakhiri cerita ini. Bukankah dulu kita selalu berjuang untuk membuat akhir yang indah untuk cerita kita? Lantas kenapa kau kibarkan bendera putih pertanda kau menyerah? Kenapa dan kenapa. 

Begitu banyak tanya kenapa yang berkecamuk dalam hati dan pikiranku. Ah, aku lelah memikirkan hal itu. Yang kutahu semenjak ucapan itu keluar dari bibirmu hari-hariku menjadi kelabu. Aku hampa. Aku merasakan kekosongan yang sangat menyiksa batinku. Waktu terus berjalan. Tanpa terasa satu tahun sudah sejak kau pergi dari hidupku. Aku bersandar di tempat tidurku. 

Memandang hadiah pertama yang kau beri untukku. Dan aku mengingatmu. Bukankah itu yang kau harapkan dari hadiahmu? Dia masih menunjukkan waktu dengan jelas. Kunyalakan tombol lampu yang ada dibawah jam itu. Menyala, tapi tak seterang dulu. Aku merewind memoriku saat bersamamu. Sebuah kebahagiaan nyata yang baru pernah kurasakan. Aku menyadari aku merindukanmu. Teramat sangat rindu. Hingga bendungan yang sedari tadi kubendung pun jebol. Aku menangis, mengingatmu. Mengingat semua kenangan indah yang masih jelas kurasakan. Seperti baru kemarin saja kualami.

Tok, tok tok. Kudengar ketokan halus dibalik pintu kamarku. Segera kuseka airmata itu.
"Ryan datang" suara ibuku setelah kubuka pintu dan mempersilahkan masuk.
Untuk apa dia datang? Aku bergeming dibalik pintu kamarku. Berbagai pertanyaan datang silih berganti dalam pikiranku. Aku bergegas ke kamar mandi membasuh mukaku dan sedikit berdandan sebelum akhirnya aku menemuinya. Aku begitu gugup. Aku berusaha menutupi kegugupanku dan bersikap sebiasa mungkin untuk menemuinya.
"Hai, apa kabar Artari?" kau beranjak dari tempat dudukmu, tersenyum lucu dan menyalami tanganku. Ah, senyummu masih sama seperti dulu.

Tak ada yang berubah darimu. Hanya saja badanmu lebih atletis. Mungkin sekarang kamu lebi rajin diet dan olahraga teratur.
"Baik." jawabku singkat.
"Dasar, kau masih saja jutek seperti dulu." Lagi, kau tersenyum dan mengusap lembut kepalaku.

Aku tersenyum tipis. Sebuah senyum basa-basi yang sebenarnya kupakasakan. Kau bertanya banyak hal kepadaku. Tentang pekerjaanku, hari-hariku, dan tentang siapa pasanganku sekarang.
"Aku masih sendiri" jawabku yang membuat kau mendongakkan kepala dari tundukkanmu.

Lanjut ke.... Aku memalingkan wajahku ke awang-awang.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer